Pengajian
IPNU IPPNU
shalat tarawih
shalat tarawih
ASAL
USUL SHALAT TARAWIH
Dalam Kitab Shahih Bukhari juz 4
halaman 144, hadits nomor 2012:
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ
أَخْبَرَنِيْ عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً مِنْ جَوْفِ
اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ
النَّاسُ فَتَحَدَّثُوْا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلَّوْا
مَعَهُ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوْا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنَ
اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ
“……dari Ibn Syihab, telah mengkhabarkab kepada saya Urwah, sesungguhnya Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa telah mengkahabrkan kepadanya bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid. Lalu shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Maka berkumpullah kebanyakan dari mereka. Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat di malam kedua, mereka pun shalat bersama beliau. Di pagi hari berikutnya, orang-orang memperbincangkannya kembali. Di malam ketiga, jumlah jama’ah yang ada di masjid bertambah banyak. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar dan melaksanakan shalatnya.
فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّيْ خَشِيْتُ أَنْ تُفْتَرَضَ عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوْا عَنْهَا فَتُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jama’ahnya,
dan beliau tidak keluar melaksanakan shalat malam sebagaimana sebelumnya
kecuali beliau hanya melaksanakan shalat shubuh. Ketika telah selesai
melaksanakan shalat Shubuh, beliau menghadap kepada jama’ah kaum muslimin,
kemudian membaca syahadat, dan bersabda : Amma ba’du, sesungguhnya keadaan
kalian tidaklah samar bagiku di malam tersebut akan tetapi aku merasa khawatir
(ibadah ini) akan diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak sanggup
melakukannya. Kemudian Rasulullah wafat dan
perkara tersebut tetap dalam keadaan tidak berjamaah.”
Dalam Shahih Muslim
juz 4 halaman 183, adits nomor 1301:
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سَالِمٌ أَبُو النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ
احْتَجَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُجَيْرَةً بِخَصَفَةٍ أَوْ حَصِيرٍ
......dari Zaid bin Tsabit, berkata:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membuat kamar ukuran kecil dengan sehelai kain tebal atau tikar.
فَخَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيهَا قَالَ
فَتَتَبَّعَ إِلَيْهِ رِجَالٌ وَجَاءُوا يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ
Lalu Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam keluar dan
melakukan shalat di dalamnya.
Orang-orang pun memperhatikan beliau lalu ikut shalat bersama beliau.
Orang-orang pun memperhatikan beliau lalu ikut shalat bersama beliau.
قَالَ ثُمَّ جَاءُوا لَيْلَةً فَحَضَرُوا وَأَبْطَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُمْ قَالَ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ فَرَفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ وَحَصَبُوا الْبَابَ فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُغْضَبًا فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا زَالَ بِكُمْ صَنِيعُكُمْ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُكْتَبُ عَلَيْكُمْ فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلَاةِ فِي بُيُوتِكُمْ فَإِنَّ خَيْرَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ
Zaid bin Tsabit berkata:
Di malam berikutnya mereka datang, namun Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak kunjung keluar. Sambil mengeraskan suara, mereka melempar pintu beliau dengan kerikil. Tidak lama kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dalam keadaan marah seraya bersabda: “Masih saja kalian mengerjakannya, hingga aku mengira hal itu akan diwajibkan atas kalian. Hendaklah kalian shalat di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baik shalat bagi laki-laki itu di rumahnya, kecuali shalat wajib”
Dalam Musnad Ahmad juz 43 halaman 332, hadits nomor
26307:
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ النَّاسُ يُصَلُّونَ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ بِاللَّيْلِ أَوْزَاعًا يَكُونُ مَعَ الرَّجُلِ شَيْءٌ مِنْ الْقُرْآنِ فَيَكُونُ مَعَهُ النَّفَرُ الْخَمْسَةُ أَوْ السِّتَّةُ أَوْ أَقَلُّ مِنْ ذَلِكَ أَوْ أَكْثَرُ فَيُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ
“Pada malam bulan Ramadhan, orang berbondong-bondong shalat di masjidnya Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam. Setiap ada orang yang hafal Al Qur’an diikuti oleh lima atau enam orang, atau kurang atau lebih dari itu, mereka melakukan shalat dengan mengikuti shalatnya orang yang hafal Al Qur’an.”
قَالَتْ فَأَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنْ ذَلِكَ أَنْ أَنْصِبَ لَهُ حَصِيرًا عَلَى بَابِ حُجْرَتِي فَفَعَلْتُ فَخَرَجَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ أَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ
Ia berkata; “Pada malam itu, Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku supaya meletakkan tikar untuknya di atas pintu kamarku, aku pun mengerjakannya. Setelah shalat isya’ yang terakhir, beliau keluar.”
قَالَتْ فَاجْتَمَعَ إِلَيْهِ مَنْ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلًا طَوِيلًا ثُمَّ انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ وَتَرَكَ الْحَصِيرَ عَلَى حَالِهِ فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّاسُ تَحَدَّثُوا بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْ كَانَ مَعَهُ فِي الْمَسْجِدِ تِلْكَ اللَّيْلَةَ
Ia berkata; “Orang-orang yang ada di masjid pun mengerumuni beliau,
lalu Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam dengan
panjang bersama mereka. Setelah itu, Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam
beranjak masuk (rumah) dan meninggalkan tikarnya seperti semula. Tatkala di
pagi hari, orang-orang membicarakan mengenai shalatnya Rasulullah shallaallahu
‘alaihi wa sallam dengan orang-orang yang bersamanya di masjid pada malam itu.”
قَالَتْ وَأَمْسَى الْمَسْجِدُ رَاجًّا بِالنَّاسِ فَصَلَّى بِهِمْ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ ثُمَّ
دَخَلَ بَيْتَهُ وَثَبَتَ النَّاسُ قَالَتْ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَأْنُ النَّاسِ يَا عَائِشَةُ قَالَتْ فَقُلْتُ لَهُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ سَمِعَ النَّاسُ بِصَلَاتِكَ الْبَارِحَةَ بِمَنْ كَانَ فِي الْمَسْجِدِ فَحَشَدُوا
لِذَلِكَ لِتُصَلِّيَ بِهِمْ
Ia berkata; “Ketika di sore hari, masjid sudah didesak-desaki oleh
orang dan Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat isya’
bersama mereka. Setelah itu, beliau masuk rumahnya sedangkan orang-orang masih
tetap di masjid.” Ia berkata; Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan
kepadaku; ‘Apa yang terjadi dengan orang-orang tersebut wahai Aisyah? ‘ ia
berkata; saya menjawab; “Wahai Rasulullah! Orang-orang telah mendengar shalatmu
tadi malam dengan beberapa orang di masjid. Merekapun berkumpul untuk hal itu
supaya engkau shalat bersama mereka.”
قَالَتْ فَقَالَ اطْوِ عَنَّا حَصِيرَكِ يَا عَائِشَةُ قَالَتْ
فَفَعَلْتُ وَبَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ
غَافِلٍ وَثَبَتَ النَّاسُ مَكَانَهُمْ حَتَّى خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الصُّبْحِ فَقَالَتْ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ
أَمَا وَاللَّهِ مَا بِتُّ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَيْلَتِي هَذِهِ غَافِلًا وَمَا
خَفِيَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّي تَخَوَّفْتُ أَنْ يُفْتَرَضَ عَلَيْكُمْ
فَاكْلَفُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى
تَمَلُّوا قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَقُولُ إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى
اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Ia berkata; “Beliau menuturkan; ‘Lipat tikar mu itu wahai Aisyah! ‘ Aku pun mengerjakannya. Rasulullah tetap bermalam di rumah dan bukan karena beliau lupa. Sementara orang-orang tetap berada di masjid hingga Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk melakukan shalat shubuh.” Ia berkata; beliau bersabda: “Wahai manusia, demi Allah, segala puji bagi Allah, pada malam ini aku sengaja lalaikan. Bukannya karena aku tidak tahu tempat kalian, tapi aku khawatir (shalat tersebut) akan diwajibkan kepada kalian. Maka lakukanlah amal perbuatan yang kalian mampu, karena Allah tidak akan pernah bosan hingga kalian bosan.”
Catatan:
Dalam riwayat-riwayat yang shahih tidak ada penjelasan berapa rakaat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat tarawih.
Dalam riwayat-riwayat yang shahih tidak ada penjelasan berapa rakaat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat tarawih.
Imam Suyuthi dalam Kitaabul Mashaabih Fii Shalaatittaraawiih halaman 1 menjelaskan:
اَلَّذِيْ
وَرَدَتْ بِهِ الْأَحَادِيْثُ الصَّحِيْحَةُ وَالْحِسَانُ اَلْأَمْرُ بِقِيَامِ رَمَضَانَ
وَالتَّرْغِيْبُ فِيْهِ مِنْ غَيْرِ تَخْصِيْصٍ بِعَدَدٍ ، وَلَمْ يَثْبُتْ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى التَّرَاوِيْحَ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً ، وَإِنَّمَا
صَلَّى لَيَالِيَ صَلَاةً لَمْ يُذْكَرْ عَدَدُهَا ، ثُمَّ تَأَخَّرَ فِي اللَّيْلَةِ
الَّرابِعَةِ خَشْيَةَ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْهِمْ فَيَعْجِزُوْا عَنْهَا
Hadits shahih dan hasan yang diriwayatkan adalah tentang perintah
dan anjuran mendirikan shalat tarawih di malam Ramadhan tanpa disebutkan
bilangan yang spesifik, dan tidak ada pula ketetapan bahwa Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam shalat tarawih 20
rakaat, Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam shalat beberapa malam tanpa
disebutkan bilangan rakaatnya, kemudian beliau
tidak melaksanakannya pada malam keempat, karena beliau takut hal ini
difardlukan (diwajibkan) dan umatnya tidak akan sanggup melaksanakannya.
Bagaimana dengan hadits berikut ini?
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ قَالَ حَدَّثَنِيْ مَالِكٌ عَنْ سَعِيْدٍ اَلْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيْ سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلَا فِيْ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّيْ أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّيْ أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّيْ ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوْتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِيْ
“…(diriwayatkan) dari Abu Salamah Ibn
‘Abdurrahman bahwa ia bertanya kepada ‘Aisyah bagaimana shalat Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: “Beliau
tidak pernah menambah di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam bulan lainnya
lebih dari 11 raka’at.”
Beliau shalat 4 raka’at; dan jangan ditanyakan
tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi 4
raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat
yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat 3 raka’at. Kemudian saya bertanya:
Wahai Rasulullah apakah anda tidur sebelum shalat witir? Beliau menjawab: Wahai
‘Aisyah, dua mataku memang tidur, tetapi hatiku tidak tidur.”
Syeikhul Islam Zakariya Al-Anshari dalam kitab Al-Ghurar
Al-Bahiyyah Fii Syarhil bahjah Al-Wardiyyah 4/146 menerangkan:
وَأَمَّا خَبَرُ { مَا كَانَ يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلَا غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً } فَمَحْمُوْلٌ عَلَى الْوِتْرِ
Adapun hadits “Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat malam tidak lebih dari sebelas raka’at”
adalah dimuhtamilkan untuk shalat witir.
وَأَمَّا خَبَرُ { مَا كَانَ يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلَا غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً } فَمَحْمُوْلٌ عَلَى الْوِتْرِ
Adapun hadits “Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat malam tidak lebih dari sebelas raka’at”
adalah dimuhtamilkan untuk shalat witir.
Petunjuk
arah ke shalat witir:
Pertanyaan Aisyah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوْتِرَ
Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum shalat witir?.
Pertanyaan Aisyah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوْتِرَ
Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum shalat witir?.
Sudah
maklum bahwasanya shalat tarawih dikerjakan sebelum tidur.
Petunjuk arah ke shalat
witir:
.-Hadits Shahih Muslim juz 4 halaman 104, hadits 1233
.-Hadits Shahih Muslim juz 4 halaman 104, hadits 1233
قَالَ
قُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ
فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنْ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ
وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي تِسْعَ رَكَعَاتٍ لَا يَجْلِسُ فِيهَا إِلَّا فِي
الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا
يُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّ التَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ
اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا ثُمَّ
يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَتِلْكَ إِحْدَى
عَشْرَةَ رَكْعَة
........Sa'ad berkata ; Wahai Ummul
mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang witir Rasulullah ! Jawabnya; Kami
dulu sering mempersiapkan siwaknya & bersucinya, seterikut?
lah itu Allah membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak & berwudhu` & shalat sembilan rakaat. Beliau tak duduk dalam kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-Nya & berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit & tak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri & shalat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya & berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dgn nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau shalat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku.
lah itu Allah membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak & berwudhu` & shalat sembilan rakaat. Beliau tak duduk dalam kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-Nya & berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit & tak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri & shalat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya & berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dgn nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau shalat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku.
SHALAT TARAWIH 20 RAKAAT
Dalil sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Kitab Majmu, Syarah Muhadzdzab juz IV halaman 32-33 (maktabah syamilah)
Dalil sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Kitab Majmu, Syarah Muhadzdzab juz IV halaman 32-33 (maktabah syamilah)
وَاحْتَجَّ
أَصْحَابُنَا بِمَا رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُ بِالْإِسْنَادِ الصَّحِيْحِ
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ اَلصَّحَابِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانُوْا يَقُوْمُوْنَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِيْنَ رَكْعَةً
Kawan-kawan
kami berargumen dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan lain-lain
dari shahabat As Saa`ib bin Yazid radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata:
“Mereka qiyam Ramadhan (shalat tarawih) di zaman Umar bin Khaththab
radhiyallaahu ‘anhu dengan 20 rakaat.”
Dan sebagaimana diketahui bahwa kita diperintah oleh Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wasallam agar mengikuti sunnah khulafa`urrasyidin
Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
“….Maka ikutlah sunnahku dan sunnah khulafa`urrasyidin.”
HR. Tirmidzi dalam Kitab Sunannya (juz V halaman 44, hadits nomor 2676, maktabah syamilah) dari shahabat Al ‘Irbaadh bin Saariyah (hadits HASAN SHAHIH)
Dan sebagaimana diketahui bahwa kita diperintah oleh Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wasallam agar mengikuti sunnah khulafa`urrasyidin
Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
“….Maka ikutlah sunnahku dan sunnah khulafa`urrasyidin.”
HR. Tirmidzi dalam Kitab Sunannya (juz V halaman 44, hadits nomor 2676, maktabah syamilah) dari shahabat Al ‘Irbaadh bin Saariyah (hadits HASAN SHAHIH)
Dalam Buku Fiqh Muhammadiyah jilid 3 , cetakan tahun
1343 H , Borobudur, Pintu Besar 52 Batavia
Dikarang oleh Muhammadiyah bagian Taman Pustaka Yogyakarta
halaman 50-51:
6. SHALAT TARAWIH
YOIKU SHOLAT 20 ROKA’AT, SABEN RON G ROKA’AT KUDU SALAM.
WEKTUNE ONO ING SASI POSO SABEN-SABEN SAKWUSE SHOLAT ISYA`
Dikarang oleh Muhammadiyah bagian Taman Pustaka Yogyakarta
halaman 50-51:
6. SHALAT TARAWIH
YOIKU SHOLAT 20 ROKA’AT, SABEN RON G ROKA’AT KUDU SALAM.
WEKTUNE ONO ING SASI POSO SABEN-SABEN SAKWUSE SHOLAT ISYA`
وَقَالَ ابْنُ بَازٍ: «وَالثَّلَاثُ وَالْعِشْرُوْنَ فَعَلَهَا
عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَالصَّحَابَةُ، فَلَيْسَ فِيْهَا نَقْصٌ، وَلَيْسَ فِيْهَا
إِخْلَالٌ، بَلْ هِيَ مِنَ السُّنَنِ سُنَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ» فتاوى
ومقالات متنوعة 11/325
Syekb Bin Baaz berkata:
23 rokaat dikerjakan oleh Umar radhiyallaahu ‘anhu dan para shahabat. Didalamnya tidak ada kekurangan dan tdak ada cacat, akan tetapi termasuk sunnah khulafa`urrasyidin.
Sumber: Fatawa wa Maqulat Mutanawwi’ah juz 11 halaman 325
Keutamaan sholat tarawih 30 malem
Dalam kitab Durrotunnasihin, karya Syeikh Khoubawi, halaman 18
عَنْ اَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ فَضَائِلِ التَّرَاوِيْحِ فِيْ
شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَ يَخْرُجُ الْمُؤْمِنُ مِنْ ذَنْبِهِ فِيْ اَوَّلِ
لَيْلَةٍ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ
dari Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih didalam bulan Ramadhan?
Beliau bersabda:
Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ يُغْفَرُ لَهُ وَلِأَبَوَيْهِ اِنْ كَانَا مُؤْمِنَيْنِ
Di malam
kedua, ia
diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
وَفِي اللَّيْلةِ الثَّالِثَةِ يُنَادِيْ مَلَكٌ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ
اِسْتَأْنِفِ الْعَمَلَ غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ
Di malam
ketiga, seorang
malaikat berseru di bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni
dosamu yang telah lewat.’
وَفِي اللَّيْلةِ الرَّابِعَةِ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ قِرَاءَةِ التَّوْرَاةِ
وَالزَّبُوْرِ وَالْإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ
Di malam
keempat, dia
memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan.
وَفِي اللَّيْلَةِ الْخَامِسَةِ أَعْطَاهُ اللهُ تَعَالىَ مِثْلَ مَنْ صَلَّى
فِي الْمَسْجِدِ الْمَدِيْنَةِ وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
Di malam
kelima, Allah Ta’ala
memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjid al-Haram, masjid
Madinah, dan Masjid al-Aqsha.
وَفِي اللَّيْلَةِ السَّادِسَةِ أَعْطَاهُ اللهُ تَعَالَى مَنْ طَافَ
بِالْبَيْتِ الْمَعْمُوْرِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ حَجَرٍ
وَمَدَرٍ
Di malam
keenam, Allah Ta’ala
memberikan pahala orang yang ber-thawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun
oleh setiap batu dan cadas.
وَفِي اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا أَدْرَكَ مُوْسَى عَلَيْهِ
السَّلَامُ وَنَصْرُهُ عَلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ
Di malam
ketujuh,
seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan
kemenangannya atas Firaun dan Haman.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّامِنَةِ أَعْطَاهُ اللهُ تَعَالَى مَا أَعْطَى إِبْرَاهِيْمَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ
وَفِي اللَّيْلَةِ
التَّاسِعَةِ فَكَأَنَّمَا عَبَدَ اللهَ تَعَالى عِبَادَةَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وَفِي اللَّيْلَةِ العَاشِرَةِ يَرْزُقُهُ اللهُ تَعَالَى خَيْرَيِ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ
Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
وَفِي اللَّيْلَةِ الْحَادِيَةِ عَشَرَةَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا كَيَوْمَ
وُلِدَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ
Di malam
kesebelas, ia keluar
dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ عَشَرَةَ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ
Di malam
kedua belas, ia datang
pada hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ عَشَرَةَ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ آمِنًا
مِنْ كُلِّ سُوْءٍ
Di malam
ketigabelas, ia datang
di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
وَفِي اللَّيْلَةِ الرَّابِعَةَ عَشَرَةَ جَاءَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَشْهَدُوْنَ
لَهُ أَنَّهُ قَدْ صَلَّى التَّرَاوِيْحَ فَلَا يُحَاسَبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Di malam
keempat belas, para malaikat
datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat
tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
وَفِي اللَّيْلَةِ الْخَامِسَةَ عَشَرَةَ يُصَلِّيْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ
وَحَمَلَةُ الْعَرْشِ وَالْكُرْسِيِّ
Di
malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para pemikul Arsy
dan Kursi.
Di malam
kedua puluh, Allah
memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin
(orang-orang yang saleh).
وَفِي اللَّيْلَةِ السَّادِسَةِ عَشَرَةَ كَتَبَ اللهُ لَهُ بَرَاءَةَ
النَّجَاةِ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةَ الدُّخُوْلِ فِي الْجَنَّةِ
Di malam
keenam belas, Allah
menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke
dalam surga.
وَفِي اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ عَشَرَةَ يُعْطَى مِثْلَ ثَوَابَ الْأَنْبِيَاءِ
Di malam
ketujuh belas, ia diberi
pahala seperti pahala para nabi.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّامِنَةِ
عَشَرَةَ نَادَى مَلَكٌ يَاعَبْدَ اللهِ اِنَّ اللهَ قَدْ رِضَى عَنْكَ
وَلِوَالِدَيْكَ
Di malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’
وَفِي اللَّيْلَةِ التَّاسِعَةَ عَشَرَةَ يَرْفَعُ اللهُ دَرَجَاتِهِ فِي
الْفِرْدَوْسِ
Di
malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajatnya dalam surga
Firdaus
وَفِي اللَّيْلَةِ العِشْرِيْنَ يُعْطَى ثَوَابَ الشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ
Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
وَفِي اللَّيْلَةِ الْحَادِيَةِ وَالعِشْرِيْنَ بَنَى اللهُ لَهُ فِي
الْجَنَّةِ مِنَ النُّوْرِ
Di malam
kedua puluh satu, Allah
membangun untuknya gedung dari cahaya.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ وَالعِشْرِيْنَ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ آمِنًا
مِنْ كُلِّ غَمٍّ وَهَمٍ
Di malam
kedua puluh dua, ia datang
pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ وَالعِشْرِيْنَ بَنَى اللهُ مَدِيْنَةً فِي
الْجَنَّةِ
Di malam
kedua puluh tiga, Allah
membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
وَفِي اللَّيْلَةِ الرَّابِعَةِ وَالعِشْرِيْنَ كَانَ لَهُ اَرْبَعٌ وَعِشْرُوْنَ
دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً
Di malam
kedua puluh empat, ia
memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
وَفِي اللَّيْلَةِ الْخَامِسَةِ وَالعِشْرِيْنَ يَرْفَعُ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ
عَذَابَ الْقَبْرِ
Di malam
kedua puluh lima, Allah Ta’ala
menghapuskan darinya azab kubur.
وَفِي اللَّيْلَةِ السَّادِسَةِ وَالْعِشْرِيْنَ يَرْفَعُ اللهُ لَهُ
ثَوَابَهُ اَرْبَعِيْنَ عَامًا
Di malam
keduapuluh enam, Allah
mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
وَفِي اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ وَالْعِشْرِيْنَ جَازَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ
Di malam
keduapuluh tujuh, ia dapat
melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّامِنَةِ وَالْعِشْرِيْنَ يَرْفَعُ اللهُ لَهُ اَلْفَ
دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ
Di malam
keduapuluh delapan, Allah
mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
وَفِي اللَّيْلَةِ التَّاسِعَةِ وَالْعِشْرِيْنَ أَعْطَاهُ اللهُ ثَوَابَ
اَلْفِ حَجَّةٍ مَقْبُوْلَةٍ
Di malam
kedua puluh sembilan, Allah
memberinya pahala seribu haji yang diterima.
وَفِي اللَّيْلَةِ الثَّلاَثِيْنَ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى يَا عَبْدِىْ كُلْ
مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ وَاغْتَسِلْ مِنْ مَاءِ السَّلْسَبِيْلِ وَاشْرَبْ مِنَ
الْكَوْثَرِ اَنَا رَبُّكَ وَاَنْتَ عَبْدِيْ
Di malam
ketiga puluh, Allah ber
firman : ‘Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil
dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’
Wallaahu A’lamu
Bishshowaab

Tidak ada komentar:
Posting Komentar