MAULI NABI MUHAMMAD SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM
I.Orang yang pertama
mengadakan maulid Nabi
وَأَوَّلُ مَنْ أَحْدَثَ فِعْلَ ذَلِكَ صَاحِبُ إِرْبِلَ اَلْمَلِكُ
اَلْمُظَفَّرُ أَبُوْ سَعِيْدٍ كُوْكُبُرِيْ بْنُ زَيْنِ الدِّيْنِ عَلِيِّ بْنِ بُكْتِكِيْنَ
أَحَدُ الْمُلُوْكِ الْأَمْجَادِ وَالْكُبَرَاءِ اَلْأَجْوَادَ وَكَانَ لَهُ آثارٌ
حَسَنَةٌ وَهُوَ الَّذِيْ عَمَّرَ الْجَامِعَ الْمُظَفَّرِيَّ بِسَفْحِ قَاسِيُوْنَ
Orang yang
pertama mengadakan hal yang demikian (Maulid Nabi) adalah penguasa Irbil, Raja Muzhaffar
Abu Sa’id Kuukuburi bin Zainuddin Ali
Ibnu Buktikin, salah seorang raja yang mulya, agung dan demawan. Beliau
memiliki peninggalan bagus dan beliau
lah yang meneruskan pembangan Masjid al- Mudhaffariy di kaki bukit Qasiyun”.
قَالَ ابْنُ كَثِيْرٍ فِيْ تَارِيْخِهِ: كَان يَعْمَلُ الْمَوْلِدَ
الشَّرِيْفَ فِيْ رَبِيْعِ الْأَوَّلِ وَيَحْتَفِلُ بِهِ اِحْتِفَالًا هَائِلًا وَكَانَ
شَهْمًا شُجَاعًا بَطَلًا عَاقِلًا عَالِمًا عَادِلًا رَحِمَهُ اللهُ وَأَكْرَمَ مَثْوَاهُ
Al Hafizh Ibnu
Katsier berkata dalam tarikhnya (Al Bidayah wa Annihayah):
Raja Mudzaffar
mengadakan Maulid yang mulia pada bulan Rabi’ul Awwal.
Beliau merayakannya
dengan perayaan yang sangat besar.
Raja Mudhaffar adalah
raja yang berotak cemerlang, gagah pemberani, pintar akalnya, alim dan adil.
Rahimahullaah wa akrama Matswaah (semoga Allah mengasihinya dan menempatkannya
ditempat yang paling baik)
قَالَ وَقَدْ صَنَّفَ لَهُ الشَّيْخُ أَبُو الْخَطَّابِ بْنُ دِحْيَةَ
مُجَلَّدًا فِي الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ سَمَّاهُ (اَلتَّنْوِيْرَ فِيْ مَوْلِدِ
الْبَشِيْرِ النَّذِيْرِ) فَأَجَازَهُ عَلَى ذَلِكَ بِأَلْفِ دِيْنَارٍ، وَقَدْ طَالَتْ
مُدَّتُهُ فِي الْمُلْكِ إِلَى أَنْ مَاتَ وَهُوَ مُحَاصِرٌ لِلْفِرنْجِ بِمَدِيْنَةِ
عَكَّا سَنَةَ ثَلَاثِيْنَ وَسِتِّمِائَةٍ مَحْمُوْدُ السِّيْرَةِ وَالسَّرِيْرَةِ،
Al Hafizh melanjukan:
Al Hafizh Ibnu Dihyah mengarang sebuah karangan tentang Maulid satu jilid yang diberi nama “At-Tanwir fii Maulidilbasyiirinnazhiir” maka raja Mudhaffar menghadiahi beliau dengan 1000 dinar
Al Hafizh Ibnu Dihyah mengarang sebuah karangan tentang Maulid satu jilid yang diberi nama “At-Tanwir fii Maulidilbasyiirinnazhiir” maka raja Mudhaffar menghadiahi beliau dengan 1000 dinar
Masa
pemerintahan beliau lama, sampai dengan beliau wafat dalam keadaan beliau
mengepung
Ifrinj (orang Eropa) di kota Akkaa pada tahun 630 H. Beliau orang terpuji tingkah lakunya dan juga jiwanya.
Ifrinj (orang Eropa) di kota Akkaa pada tahun 630 H. Beliau orang terpuji tingkah lakunya dan juga jiwanya.
وَقَالَ سِبْطُ ابْنِ الْجَوْزِيِّ فِيْ مِرْآةِ
الزَّمَنِ: حَكَى بَعْضُ مَنْ حَضَرَ سِمَاطَ الْمُظَفَّرِ فِيْ بَعْضِ الْمَوَالِدِ
أَنَّهُ عَدَّ فِيْ ذَلِكَ السِّمَاطِ خَمْسَةَ آلَافِ رَأْسِ غَنَمٍ شَوِيٍّ وَعَشْرَةَ
آلَافِ دَجَاجَةٍ وَمِائَةَ فَرَسٍ وَمِائَةَ أَلْفِ زُبْدِيَّةٍ وَثَلَاثِيْنَ أَلْفَ
صَحْنِ حَلْوَى
(Al Hafizh melanjukan)
Cucu Imam Ibnul Jauzi berkata didalam Mi’atuz Zaman:
“Sebagian orang yang pernah menghadiri perjamuan Raja Muzhaffar dalam beberapa Maulid, dia menghitung dalam perjamuan tersebut sebanyak 5.000 kepala kambing guling, 10.000 ayam, seratus kuda, 100.000 roti mentega dan 30.000 piring kue
Cucu Imam Ibnul Jauzi berkata didalam Mi’atuz Zaman:
“Sebagian orang yang pernah menghadiri perjamuan Raja Muzhaffar dalam beberapa Maulid, dia menghitung dalam perjamuan tersebut sebanyak 5.000 kepala kambing guling, 10.000 ayam, seratus kuda, 100.000 roti mentega dan 30.000 piring kue
.
Sumber
Kitab:
Al Haawi
Lil Fataawi 1/272, maktabah syamilah
Link
Kitab Al Haawi:
http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=130&ID=206
http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=130&ID=206
HIKAYAH SEORANG PEMUDA PENUNGGANG KUDA YANG MENABRAK
PUTRA KHALIFAH ABDUL MALIK BIN MARWAN DAN SELAMAT DARI
HUKUMAN QISHOSH BERKAT
MAULID NABI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI
WASALLAM
وَحُكِيَ
أَنَّهُ كَانَ فِيْ زَمَانِ الْخَلِيْفَةِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ شَابٌّ
حَسَنُ الصُّوْرَةِ فِي الشَّامِ وَكَانَ يَلْهُوْ بِرُكُوْبِ الْخَيْلِ
فَبَيْنَمَا هُوَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى ظَهْرِ حِصَانِهِ إِذْ أَجْفَلَ الْحِصَانُ وَحَمَلَهُ فِيْ سِكَكِ الشَّامِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ قُدْرَةٌ عَلَى مَنْعِهِ فَوَقَعَ طَرِيْقُهُ عَلَى بَابِ الْخَلِيْفَةِ فَصَادَفَ وَلَدَهُ وَلَمْ يَقْدِرْ الْوَلَدُ عَلَى رَدِّ الْحِصَانِ فَصَدَمَهُ بِالْفَرَسِ وَقَتَلَهُ فَوَصَلَ الْخَبَرُ إِلَى الْخَلِيْفَةَ فَأَمَرَ بِإِحْضَارِهِ
فَلَّمَا أَنْ أَشْرَفَ إِلَيْهِ خَطَرَ عَلَى بَالِهِ أَنْ قَالَ إِنْ خَلَّصَنِيَ اللهُ تَعَالَى مِنْ هَذِهِ الْوَاقِعَةِ أَعْمَلُ وَلِيْمَةً عَظِيْمَةً وَأَسْتَقْرِىءُ فِيْهَا مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا حَضَرَ قُدَّامَهُ وَنَظَرَ إِلَيْهِ ضَحِكَ بَعْدَمَا كَانَ يَخْنُقُهُ الْغَضَبُ فَقَالَ يَا هَذَا أَتُحْسِنُ السِّحْرَ قَالَ لَا وَاللهِ يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ
فَبَيْنَمَا هُوَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى ظَهْرِ حِصَانِهِ إِذْ أَجْفَلَ الْحِصَانُ وَحَمَلَهُ فِيْ سِكَكِ الشَّامِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ قُدْرَةٌ عَلَى مَنْعِهِ فَوَقَعَ طَرِيْقُهُ عَلَى بَابِ الْخَلِيْفَةِ فَصَادَفَ وَلَدَهُ وَلَمْ يَقْدِرْ الْوَلَدُ عَلَى رَدِّ الْحِصَانِ فَصَدَمَهُ بِالْفَرَسِ وَقَتَلَهُ فَوَصَلَ الْخَبَرُ إِلَى الْخَلِيْفَةَ فَأَمَرَ بِإِحْضَارِهِ
فَلَّمَا أَنْ أَشْرَفَ إِلَيْهِ خَطَرَ عَلَى بَالِهِ أَنْ قَالَ إِنْ خَلَّصَنِيَ اللهُ تَعَالَى مِنْ هَذِهِ الْوَاقِعَةِ أَعْمَلُ وَلِيْمَةً عَظِيْمَةً وَأَسْتَقْرِىءُ فِيْهَا مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا حَضَرَ قُدَّامَهُ وَنَظَرَ إِلَيْهِ ضَحِكَ بَعْدَمَا كَانَ يَخْنُقُهُ الْغَضَبُ فَقَالَ يَا هَذَا أَتُحْسِنُ السِّحْرَ قَالَ لَا وَاللهِ يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ
فَقَالَ
عَفَوْتُ عَنْكَ وَلَكِنْ قُلْ لِيْ مَاذَا قُلْتَ قَالَ قُلْتُ إِنْ خَلَّصَنِيَ
اللهُ تَعَالَى مِنْ هَذِهِ الْوَاقِعَةِ الْجَسِيْمَة أَعْمَلُ لَهُ وَلِيْمَةً لِأَجْلِ
مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ
الْخَلِيْفَةُ قَدْ عَفَوْتُ عَنْكَ وَهَذِهِ أَلْفُ دِيْنَارٍ لِأَجْلِ مَوْلِدِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتَ فِيْ حِلٍّ مِنْ دَمِ وَلَدِيْ
فَخَرَجَ
الشَّابُّ وَعُفِيَ عَنِ الْقِصَاصِ وَأَخَذَ أَلْفَ دِيْنَارٍ بِبَرَكَةِ مَوْلِدِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Diceritakan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan
ada seorang pemuda yang berperawakan menawan di kota Syam. Dia mempunyai
kesukaan menunggang kuda.
Suatu ketika dia berada di punggung kudanya dan tiba-tiba kuda yang di tungganginya lari dengan kencang, Kuda tersebut membawanya lari melewati jalan-jalan sempit di kota Syam, dia tidak mampu menghentikan kudanya, dan terus berlari menuju kearah pintu gerbang Khalifah, dan berpapasan dengan putra sang Khalifah, sang putra tsb tidak mampu menahan laju kuda dan akhirnya tertabraklah dia oleh kuda tsb. Sang putra khalifahpun terbunuh olehnya. Dan berita kejadian itupun telah sampai ke telinga khalifah. Lalu sang Khalifah menyuruh si pemuda itu ditangkap dan didatangkan kehadapannya.
Ketika pemuda itu hampir tiba di hadapan khalifah, dia berkata dalam hati : “Seandainya Allah SWT menyelamatkanku dari peristiwa ini, aku akan menyelenggarakan walimah yang besar dan aku akan meminta dibacakan Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”.
Setelah pemuda itu sampai di hadapan Khalifah, sang Khalifah memandanginya, lalu khalifah tertawa, padahal sebelumnya dia terbakar api amarah. Kemudian sang Khalifah bertanya; “Wahai pemuda apakah kau pandai ilmu sihir?”. “Tidak, demi Allah wahai Amirul mukminin”, jawab si pemuda.
Khalifah berkata: “Aku telah memaafkanmu, tapi katakan padaku apa yang ada dihatimu?”. Aku berkata dalam hati : “Seandainya Allah SWT menyelamatkanku dari kejadian yang dahsyat ini, aku akan mengadakan walimah untuk Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”. jawab si pemuda.
Sang Khalifah pun kemudian berkata : “Baiklah aku lepaskan kamu dari hukuman ini dan ini seribu dinar untuk mengadakan acara Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Engkau telah terbebas dari darah anakku”.
Kemudian si pemuda itu beranjak pergi dari hadapan sang Khalifah. Dia dimaafkan dari hukuman qishash dan dia mendapatkan seribu dinar dengan keberkahan Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Suatu ketika dia berada di punggung kudanya dan tiba-tiba kuda yang di tungganginya lari dengan kencang, Kuda tersebut membawanya lari melewati jalan-jalan sempit di kota Syam, dia tidak mampu menghentikan kudanya, dan terus berlari menuju kearah pintu gerbang Khalifah, dan berpapasan dengan putra sang Khalifah, sang putra tsb tidak mampu menahan laju kuda dan akhirnya tertabraklah dia oleh kuda tsb. Sang putra khalifahpun terbunuh olehnya. Dan berita kejadian itupun telah sampai ke telinga khalifah. Lalu sang Khalifah menyuruh si pemuda itu ditangkap dan didatangkan kehadapannya.
Ketika pemuda itu hampir tiba di hadapan khalifah, dia berkata dalam hati : “Seandainya Allah SWT menyelamatkanku dari peristiwa ini, aku akan menyelenggarakan walimah yang besar dan aku akan meminta dibacakan Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”.
Setelah pemuda itu sampai di hadapan Khalifah, sang Khalifah memandanginya, lalu khalifah tertawa, padahal sebelumnya dia terbakar api amarah. Kemudian sang Khalifah bertanya; “Wahai pemuda apakah kau pandai ilmu sihir?”. “Tidak, demi Allah wahai Amirul mukminin”, jawab si pemuda.
Khalifah berkata: “Aku telah memaafkanmu, tapi katakan padaku apa yang ada dihatimu?”. Aku berkata dalam hati : “Seandainya Allah SWT menyelamatkanku dari kejadian yang dahsyat ini, aku akan mengadakan walimah untuk Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”. jawab si pemuda.
Sang Khalifah pun kemudian berkata : “Baiklah aku lepaskan kamu dari hukuman ini dan ini seribu dinar untuk mengadakan acara Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Engkau telah terbebas dari darah anakku”.
Kemudian si pemuda itu beranjak pergi dari hadapan sang Khalifah. Dia dimaafkan dari hukuman qishash dan dia mendapatkan seribu dinar dengan keberkahan Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Sumber:
Kitab I’anatuththolibin juz 3 halaman 365
Wallaahu A’lamu Bishshowaab
Kitab I’anatuththolibin juz 3 halaman 365
Wallaahu A’lamu Bishshowaab
Abdul Malik bin Marwan,
Abdul Malik bin Marwan menjabat khalifah kelima Dinasti Umayyah pada usia 39 tahun. Ia menjadi khalifah atas wasiat ayahnya, Marwan bin Hakam. Selama 21 tahun memerintah ia dianggap khalifah perkasa, negarawan berwibawa yang mampu memulihkan kesatuan kaum Muslimin.
Dia lahir pada bulan Ramadhan tahun 23 H dan meninggal tahun 86 H atau 685-705 Masehi.
Dia adalah seorang khalifah pertama yang mencentak uang dinar dalam Islam.
Sebelum menjabat sebagai khalifah, dia adalah seorang yang ahli ibadah dan zuhud. Muawiyah pernah menugaskannya untuk mengurus Madinah pada waktu Abdul Malik bin Marwan masih berusia 16 tahun.
Pada masa pemerintahannya, gerakan penerjemahan buku-buku berbahasa Persia dan Romawi ke bahasa Arab mengalami perkembangan yang pesat.
Selain itu, pada masa kepemimpinannya pula, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Kemudian, Yerusalem pada masanya dijadikan sebagai tempat yang suci bagi orang-orang Islam.
KEUTAMAAN MENGADAKAN PERINGATAN MAULID NABI
وَقَالَ
سُلْطَانُ الْعَارِفِيْنِ الْإِمَامُ جَلَالُ الدِّيْنِ اَلسُّيُوْطِيُّ قَدَّسَ
اللهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَ
ضَرِيْحَهُ، فِيْ كِتَابِهِ اَلْمُسَمَّى بِالوَسَائِلِ
فِيْ شَرْحِ الشَّمَائِلِ:
Sulthan ‘Arifin Imam Jalaluddin As-Suyuthi –qaddasallaahu sirrahuu wa nawwara dharihaahuu- dalam kitab beliau yang diber Al- nama “Al Wasaa`il Fii Syarhi Asy-Syamaa`il” berkata:
مَا مِنْ بَيْتٍ أَوْ مَسْجِدٍ أَوْ مَحَلَّةٍ قُرِئَ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ
الْمَلاَئِكَةُ ذَلِكَ الْبَيْتَ أَوِ الْمَسِجْدَ أَوِ الْمَحَلَّةَ، وَصَلَّتِ الْمَلاَئِكَةُ
عَلَى أَهْلِ ذَلِكَ الْمَكَانِ، وَعَمَّهُمُ
اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ، وَأَمَّا الْمُطَوَّقُوْنَ بِالنُّوْرِ يَعْنِيْ جِبْرَائِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ
وَعِزْرَائِيْلَ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ فَإِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ عَلَى مَنْ كَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَقَالَ أَيْضًا:
Dan Beliau juga berkata :
مَا مِنْ مُسِلِمٍ قَرَأَ فِي بَيْتِهِ
مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ
وَالْغَرْقَ وَاْلآفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبُغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ،
فَإِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ، وَيَكُوْنُ فِيْ مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ
مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ
Tiada
dari seorang Islam yang membaca Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dirumahnya kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengangkat
kemarau, wabah, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang
jahat dan pencuri dari ahli rumah tersebut. Jika orang tersebut meninggal dunia
niscaya Allah memudahkan baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir,
dan adalah tempat duduknya pada tempat yang benar disisi Tuhan yang maha
memiliki lagi kuasa
Sumber:
Kitab Anni’matul Kubra ‘alal ‘aalam fii Maulidi Sayyidi Waladi Adam halaman 7
Kitab Anni’matul Kubra ‘alal ‘aalam fii Maulidi Sayyidi Waladi Adam halaman 7
والله أعلم
Pekalongan,
24 Rabi’ul Awwal 1436 H / 15 Januari 2015 M

Tidak ada komentar:
Posting Komentar