Sebab-Musabab Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dimi’rojkan
(حِكْمَةٌ)
قَالَ عُثْمَانُ بْنُ حَسَنٍ اَلْجَوْبَرِيُّ فِيْ دُرَّةِ الْوَاعِظِيْنَ :
Syeikh Utsman bin Hasan Al Jaubari berkata dalam kitab Durratul Wa’izhin:
وَأَمَّا سَبَبُ الْمِعْرَاجِ فَهُوَ أَنَّ الْأَرْضَ اِفْتَخَرَتْ عَلَى السَّمَاءِ
فَقَالَتِ الْأَرْضُ أَنَا خَيْرٌ مِنْكِ لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى زَيَّنَنِيْ بِالْبِلَادِ وَالْبِحَارِ وَالْأَنْهَارِ وَالْأَشْجَارِ وَالْجِبَالِ وَغَيْرِهَا
Adapun sebab Mi'raj
adalah bahwa antara langit dan bumi saling mengklaim menjadi paling mulia.
Bumi berkata: “Aku lebih baik darimu (langit), karena Allah telah menghiasiku dengan hamparan pulau,lautan,sungai sungai,pepohonan,pegunungan dan lain sebagainya”.
Bumi berkata: “Aku lebih baik darimu (langit), karena Allah telah menghiasiku dengan hamparan pulau,lautan,sungai sungai,pepohonan,pegunungan dan lain sebagainya”.
فَقَالَتِ السَّمَاءُ أَنَا خَيْرٌ مِنْكِ لِأَنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالْكَوَاكِبَ وَالْأَفْلَاكَ وَالْبُرُوْجَ وَالْعَرْشَ وَالْكُرْسِيَّ وَالْجَنَّةَ فِيَّ
Langitpun berkata: “Aku lebih baik darimu (bumi), karena matahari, bulan,
bintang, orbit, gugusan bintang, arsy,kursy dan syurga berada padaku”.
وَقَالَتِ الْأَرْضُ فِيَّ بَيْتٌ يَزُوْرُهُ وَيَطُوْفُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ وَالْمُرْسَلُوْنَ وَالْأَوْلِيَاءُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ عَامَّةً
Bumi berkata:
“Ada padaku Baitullah (Ka'bah) yang didatangi dan digunakan melaksanakan ibadah
thowaf oleh seluruh para nabi dan rosul, para wali dan orang-orang yang beriman
sekalian”.
وَقَالَتِ السَّمَاءُ فِيَّ الْبَيْتُ الْمَعْمُوْرُ يَطُوْفُ بِهِ مَلَائِكَةُ السَّمَاوَاتِ وَفِيَّ الْجَنَّةُ الَّتِيْ هِيَ مَأْوَى أَرْوَاحِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَأَرْوَاحِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ
Langitpun
berkata: “Ada padaku Baitul Makmur, yang digunakan thowaf oleh seluruh malaikat
langit , dan padaku ada syurga yang menjadi tempat arwah para nabi dan rosul,
arwah para wali dan para sholihin”
وَقَالَتِ الْأَرْضُ إِنَّ سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ وَحَبِيْبَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَأَفْضَلَ الْمَوْجُوْدَاتِ عَلَيْهِ أَكْمَلُ التَّحِيَّاتِ وَطَنَ فِيَّ وَأَجْرَى شَرِيْعَتَهُ عَلَيَّ
Bumi berkata:
“Sesungguhnya pemimpin para rosul dan penutup para nabi, kekasih
Tuhan semesta
alam berada padaku, dan syari'atnya
berjalan diatasku”.
فَلَمَّا سَمِعَتِ السَّمَاءُ هَذَا عَجَزَتْ وَسَكَتَتْ عَنِ الْجَوَابِ وَتَوَجَّهَتْ إِلَى اللهِ تَعَالَى فَقَالَتْ
إِلَهِيْ أَنْتَ تُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاكَ وَأَنَا عَجَزْتُ عَنْ جَوَابِ الْأَرْضِ فَأَسْأَلُكَ أَنْ يَصْعَدَ مُحَمَّدٌ إِلَيَّ فَأَتَشَرَّفَ بِهِ كَمَا تَشَرَّفَتِ الْأَرْضُ بِجَمَالِهِ وَافْتَخَرَتْ
Maka ketika langit mendengar jawaban ini, ia diam dan tak mampu lagi menjawab lagi.
Kemudian langit mengadu kepada Allah SWT : Ya Allah, Engkau Maha mengabulkan hamba yang butuh ketika berdo'a kepadaMu, kini aku tak mampu menjawab bumi, maka aku mohon padaMu, agar nabi Muhammad naik padaku, sehingga aku bisa berbangga kepada bumi dengan dengannya, sebagaimana bumi berbangga dengan keelokan nabi Muhammad.
فَأَجَابَ اللهُ دَعْوَتَهَا وَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَى جِبْرِيْلَ فَقَالَ اِذْهَبْ إِلَى الْجَنَّةِ وَخُذِ الْبُرَاقَ وَاذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَذَهَبَ جِبْرِيْلُ وَرَأَى أَرْبَعِيْنَ أَلْفَ بُرَاقٍ يَرْتَعُوْنَ فِيْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ وَعَلَى جَبْهَتِهِمْ اِسْمُ مُحَمَّدٍ
Maka Allah
mengabulkan permintaan langit, dan memberikan wahyu kepada malaikat Jibril: “Wahai
Jibril, pergilah ke syurga, ambillah buroq, dan pergilah kepada Muhammad. Maka berangkatlah
Jibril. Ia melihat 40 ribu buroq sedang merumput di pertamanan syurga,
sementara di dahi mereka ada nama Nabi Muhammad.
وَرَآى فِيْهِمْ بُرَاقًا مُنَكِّسًا رَأْسَهُ يَبْكِيْ وَتَسِيْلُ مِنْ عَيْنَيْهِ الدُّمُوْعُ
Malaikat Jibril melihat seekor buroq yang selalu
menundukkan kepalanya, si buroq selalu menangis dan berderai air matanya.
فَقَالَ جِبْرِيْلُ مَالَكَ يَا بُرَاقُ ؟
Jibril bertanya : "Wahai buroq,
ada apa gerangan denganmu?".
قَالَ
يَا جِبْرِيْلُ إِنِّيْ سَمِعْتُ مُنْذُ أَرْبَعِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ اِسْمَ مُحَمَّدٍ
فَوَقَعَ فِيْ قَلْبِيْ مَحَبَّةُ صَاحِبِ هَذَا الْاِسْمِ وَعَشِقْتُهُ
وَبَعْدَ
ذَلِكَ لَمْ أَحْتَجْ إِلَى طَعَامٍ وَلَا شَرَابٍ وَاحْتَرَقْتُ بِنَارِ الْعِشْقِ
Buroq menjawab: "Wahai Jibril, semenjak 40 ribu tahun silam aku mendengar nama MUHAMMAD, dan akupun jatuh cinta dan merindukan pemilik nama ini. Dan semenjak itu, aku tidak butuh makanan dan minuman karena aku telah terbakar api kerinduan".
فَقَالَ جِبْرِيْلُ أَنَا أُوْصِلُكَ بِمَعْشُوْقِكَ
ثُمَّ أَسْرَجَهُ وَأَلْجَمَهُ وَجَاءَ بِهِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Jibrilpun berkata : "Aku akan mempertemukanmu dengan orang yang engkau rindukan". Kemudian malaikat Jibril memasang pelana dan kendali pada buroq tersebut, selanjutnya malaikat Jibril membawanya untuk bertemu dengan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam.
(sumber: Kitab Nuruzhzhalaam, karya Syeikh Nawawi, halaman 162-163)
عَنْ
أَبِيْ ذَرٍّ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-، عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ صَامَ أَوَّلَ يَوْمٍ مِنْ رَجَبَ عَدَلَ صِيَامَ شَهْرٍ
عَنِ ابْنِ شَوْذَبٍ
عَنْ مَطَرٍ مَنْ صَامَ يَوْمَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ مِنْ رَجَبَ كُتِبَ لَهُ
ثَوَابُ صِيَامِ سِتِّيْنَ شَهْرًا
Dari ibn Syaudzab, dari
Mathor, Barang siapa berpuasa pada tanggal 27 Rajab, maka ditulis untuknya
pahala berpuasa 60 bulan.(Sumber: Kitab Al Ghunyah, karya Syeikh Abdul Qadir al Jilani, juz 1 halaman 327)
وَمِنْ
فَوَائِدِ الشَّيْخِ عَلِيٍّ اَلْأَجْهُوْرِيِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى كَمَا
فِيْ تَرْجَمَتِهِ بِخُلَاصَةِ الْأَثَرِ أَنَّ مَنْ قَرَأَ فِيْ آخِرِ جُمُعَةٍ
مِنْ رَجَبٍ وَالْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ
أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهْ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهْ (خَمْسًا وَثَلَاثِيْنَ
مَرَّةً) لَا تَنْقَطِعُ الدَّرَاهِمُ مِنْ يَدِهِ ذَلِكَ السَّنَةَ
Diantara faedah-faedah yang dari Syeikh Ali Al-Ajhuri – rahimahullaahu Ta’ala - sebagaimana didalam terjemah (biografi) beliau dalam (kitab) Khulashatul Atsar : “Sesungguhnya barang siapa pada akhir Jumat bulan Rajab, saat Khatib berada diatas mimbar membaca:
AHMADU RASUULULLAAH MUHAMMADUN RASUULULLAAH sebanyak 35 kali
Maka tidak terputus dirham dari tangannya dalam setahun itu”
(sumber Kitab Kanzunnajaah, karya syeikh Abdul Hamid, halaman 147-148)
Wallaahu A'lam

Tidak ada komentar:
Posting Komentar