Serie:
Pengajan Kitab Safinatunnaja
اَلْعَوْرَاتُ أَربَعٌ
عَورَةُ الرَّجُلِ مُطْلَقًا وَالْأَمَةُ فِي الصَّلَاةِ مَا بَينَ السُّرَّةِ
وَالرُّكْبَةِ
وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِي الصَّلَاةِ جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّينِ
وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالْأَمَةِ عِنْدَ الْأَجَانِبِ جَمِيْعُ الْبَدَنِ وَعِنْدَ مَحَارِمِهِمَا وَالنِّسَاءِ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ
وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِي الصَّلَاةِ جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّينِ
وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالْأَمَةِ عِنْدَ الْأَجَانِبِ جَمِيْعُ الْبَدَنِ وَعِنْدَ مَحَارِمِهِمَا وَالنِّسَاءِ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ
Macam macam aurat:
1. Aurat semua laki-laki
(merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu antara pusar dan
lutut.
2. Aurat perempuan
merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan
merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan mahram), yaitu seluruh
badan.
4. Aurat perempuan
merdeka dan budak terhadap laki-laki mahramya dan perempuan, yaitu antara pusar
dan lutut.
---------------
Perhatian:
1. Biasanya para muslimah dalam memakai rukuh ketika shalat, masih ada anggota badan yang tidak tertutup, terutama yang memakai mukena potongan, yaitu dibawah dagu dan pergelangan tangan.
Hal itu bisa mengakibatkan shalatnya tidak sah.
Dalam kitab Qurratul ‘Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan:
Perhatian:
1. Biasanya para muslimah dalam memakai rukuh ketika shalat, masih ada anggota badan yang tidak tertutup, terutama yang memakai mukena potongan, yaitu dibawah dagu dan pergelangan tangan.
Hal itu bisa mengakibatkan shalatnya tidak sah.
Dalam kitab Qurratul ‘Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan:
وَقَدْ وَقَعَ كَثِيْرًا اِنكِشَافُ مَا تَحْتَ الذَّقَنِ مِنْ بَدَنِ الْمَرْأَةِ
حَالَ صَلَاتِهَا وَطَوَافِهَا فَهَلْ تُعْذَرُ فِيْ ذَلِكَ لِكَوْنِهِ مِنْ أَسْفَلَ
أَمْ يَضُرُّ ذَلِكَ أَفتُوْنَا رَحِمَكُمُ اللهُ فَالْمَسأَلَةُ وَاقِعَةُ حَالٍ
فَأَقُوْلُ وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ :اِنْكِشَافُ مَا تَحْتَ الذَّقَنِ مِنْ بَدَنِ الْمَرْأَةِ فِيْ حَالِ الصَّلَاةِ وَالطَّوَافِ يَضُرُّ فَيَكُوْنُ مُبْطِلًا لِلصَّلَاةِ وَالطَّوَافِ
فَأَقُوْلُ وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ :اِنْكِشَافُ مَا تَحْتَ الذَّقَنِ مِنْ بَدَنِ الْمَرْأَةِ فِيْ حَالِ الصَّلَاةِ وَالطَّوَافِ يَضُرُّ فَيَكُوْنُ مُبْطِلًا لِلصَّلَاةِ وَالطَّوَافِ
Pertanyaan:
Banyak terjadi terbukanya anggota badan dibawah dagu wanita ketika shalat dan thawaf, Apakah hal demikian dimaafkan untuk wanita tsb karena terlihatnya dari bawah, atau malah membahayakan. Berilah kami fatwa, rahimakumullaah, karena hal ini banyak terjadi.
Jawaban:
Aku menjawab, wabillaahittafiq. Terbukanya anggota badan dibawah dagu wanita ketika shalat dan thawaf adalah membahayakan yang menjadikan batalnya shalat dan thawaf.
Banyak terjadi terbukanya anggota badan dibawah dagu wanita ketika shalat dan thawaf, Apakah hal demikian dimaafkan untuk wanita tsb karena terlihatnya dari bawah, atau malah membahayakan. Berilah kami fatwa, rahimakumullaah, karena hal ini banyak terjadi.
Jawaban:
Aku menjawab, wabillaahittafiq. Terbukanya anggota badan dibawah dagu wanita ketika shalat dan thawaf adalah membahayakan yang menjadikan batalnya shalat dan thawaf.
Dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 51
disebutkan:
1. وَيَتَرَدَّدُ النَّظَرُ فِيْ
رُؤْيَةِ ذِرَاعِ الْمَرأَةِ مِنْ كُمِّهَا مَعَ إِرْسَالِ يَدِهَا، اِسْتَقْرَبَ
فِي الْإِيعَابِعَدَمَ الضَّرَرِ، بِخِلَافِ مَا لَوْ اِرْتَفَعَتِ الْيَدُ
Imam Ibn Hajar dalam kitab Al-I’aab berpendapat bahwa terlihatnya
lengan wanita ketika lurus kebawah adalah tidak apa-apa, berbeda ketika tangan
diangkat keatas (maka itu membahayakan / membatalkan
shalat).
Masalah ini sudah dibahas dalam Mukatamar Nahdlatul Ulama ke 8 yang diselengarakan di Jakarta pada tanggal 12 Muharram 1352 / 7 Mei 1933.
Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya keluarnya wanita akan bekerja dengan terbuka muka dan kedua tangannya? Apakah haram atau makruh?
Kalau dihukumkan haram, apakah ada pendapat yang menghalalkan?
Karena demikian itu telah menjadi darurat, atau tidak?
(Surabaya)
Jawaban :
Hukumnya wanita keluar yang demikian itu haram, menurut pendapat yang Mu’tamad.
Menurut pendapat yang lain, boleh wanita keluar untuk
jual-beli dengan terbuka muka dan kedua telapak tangannya, dan menurut Mazhab
Hanafi, demikian itu boleh, bahkan dengan terbuka (telapak) kakinya, apabila
tidak ada fitnah.
Keterangan, dari Kitab:
1.
Kitab Maraqil-Falah
Syarh Nurul-Idlah, karya syeikh Al-Syaranbilali Al-Hanafi (wafat tahun 1069H) ,
cetakan Musthafa aAl-Halabi, Mesir, tahun 1366H, halaman 45: 45:
(وَجَمِيْعُ بَدَنِ الْحُرَّةِ عَوْرَةٌ
إلاَّ وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا). بَاطِنَهُمَا وَظَاهِرَهُمَا فِي الأَصَحِّ
وَهُوَ الْمُخْتَارُ. وَ ذِرَاعُ الْحُرَّةِ عَوْرَةٌ فِيْ ظَاهِرِ الرِّوَايَةِ
وَهِيَ اْلأَصَحُّ. وَعَنْ أَبِيْ حَنِيْفَةَ لَيْسَ بِعَوْرَةٍ (وَ) إِلَّا
(قَدَمَيْهَا) فِيْ أَصَحِّ الرِّوَايَتَيْنِ بَاطِنِهِمَا وَظَاهِرِهِمَا لِعُمُوْمِ الضَّرُوْرَةِ لَيْسَا مِنَ الْعَوْرَةِ فَشَعْرُ الْحُرَّةِ حَتَّى
الْمُسْتَرْسَلِ عَوْرَةٌ فِي الْأَصَحِّ وَعَلَيْهِ الْفَتْوَى
Seluruh anggota
badan wanita merdeka itu aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, baik
bagian dalam maupun luarnya, menurut pendapat yang paling sahih dan dipilih.
Demikian pula lengannya termasuk aurat. Berbeda dengan pendapat Abu Hanifah
yang tidak menganggap lengan tersebut sebagai aurat. Menurut salah satu riwayat
yang sahih, kedua telapak kaki wanita itu tidak termasuk aurat baik bagian dalam
maupun bagian luarnya. Sedangkan rambutnya sampai bagian yang menjurai
sekalipun, termasuk aurat, menurut qal al-ashah, dan demikian yang harus
difatwakan.
2.
Kitab Hasyiyah
Al-Bajuri ‘ala Fatkhill-Qarib juz 2 halaman 97:
(قَوْلُهُ
إِلىَ أَجْنَـبِّيَةِ) أَي إِلَى شَيْءٍ مِنْ اِمْرَأَةٍ أَجْنَـبِّيَّةٍ أَيْ
غَيْرِ مَحْرَمَةٍ وَلَوْ أَمَةً وَشَمِلَ ذَلِكَ وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا
فَيَحْرُمُ النَّظَرُ إِلَيْهَا وَلَوْ مِنْ غَيْرِ شَهْوَةٍ أَوْ خَوْفٍ فِتْنَةٍ
عَلىَ الصَّحِيْحِ كَمَا فِي الْمِنْهَاجِ وَغَيْرِهِ
إِلىَ أَنْ قَالَ:
إِلىَ أَنْ قَالَ:
وَقِيْلَ لَا يَحْرُمُ لِقَوْلِهِ تَعَالَى ” وَلَا يُبْدِيْنَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا” وَهُوَ مُفَسَّرٌ بِالْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ وَالْمُعْتَمَدُ اْلأَوَّلُ. وَلَا بأْسَ بِتَقْلِيْدِ الْـثَانِيْ لَاسِيَّمَا فِيْ هَذَا الزَّمَانِ الَّذِيْ كَثُرَ فِيْهِ خُرُوْجُ النِّسَاءِ فِي الطُّرُقِ وَالأَسْوَاقِ وَشَمِلَ ذَلِكَ أَيْضًا شَعْرَهَا وَظَفْرَهَا
(Ungkapan ibn Qasim Al-Ghazi: lelaki melhat wanita
lain) maksudnya kebagian tubuh wanita lain, yaitu wanita yang bukan mahramnya
walaupun budak.
Ungkapan tersebut mencakup wajah dan kedua telapak tangannya. Maka haram melihat keduanya walaupun tanpa syahwat atau khawatir timbulnya, menurut pendapat Al-Sahih seperti yang tertera dalam kitab al-Minhaj dan lainnya.
Pendapat lain menyatakan tidak haram sesuai dengan firman Allah Ta’ala (surat Al-Nur ayat 31):
Ungkapan tersebut mencakup wajah dan kedua telapak tangannya. Maka haram melihat keduanya walaupun tanpa syahwat atau khawatir timbulnya, menurut pendapat Al-Sahih seperti yang tertera dalam kitab al-Minhaj dan lainnya.
Pendapat lain menyatakan tidak haram sesuai dengan firman Allah Ta’ala (surat Al-Nur ayat 31):
“Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya kecuali (yang biasa) nampak dari padanya” yang
ditafsirkan dengan wajah dan kedua telapak tangan.
Pendapat pertama (haram) adalah pendapat yang mu’tamad, dan tidak apa-apa (boleh) mengikuti pendapat kedua (tidak haram) terutama pada masa sekarang ini di mana banyak wanita keluar di jalan-jalan dan pasar-pasar. Keharaman ini juga mencakup rambut dan kuku.
Pendapat pertama (haram) adalah pendapat yang mu’tamad, dan tidak apa-apa (boleh) mengikuti pendapat kedua (tidak haram) terutama pada masa sekarang ini di mana banyak wanita keluar di jalan-jalan dan pasar-pasar. Keharaman ini juga mencakup rambut dan kuku.
Sumber:
Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010 M), halaman131-132.
Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010 M), halaman131-132.
----------
Dalam Kitab Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubro, karya Imam Ibn Hajar Al-Haitami, cetakan Abdul Hamid Ahmad Hanafi Mesir, juz 1 halaman 199:
Dalam Kitab Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubro, karya Imam Ibn Hajar Al-Haitami, cetakan Abdul Hamid Ahmad Hanafi Mesir, juz 1 halaman 199:
وَحَاصِلُ
مَذْهَبِنَا أَنَّ إمَامَ الْحَرَمَيْنِ نَقَلَ الْإِجْمَاعَ عَلَى جَوَازِ خُرُوْجِ
الْمَرْأَةِ سَافِرَةَ الْوَجْهِ وَعَلَى الرِّجَالِ غَضُّ الْبَصَرِ
Kesimpulan
Mazhab kami, bahwasanya imam Haramin mengutip kesepekatan ulama, bolehnya
keluarnya wanita dengan wajah terbuka, dan wajib atas laki-laki untuk
menundukkan penglihatannya.


